Jumat, 20 Januari 2023

CERPEN TIGA MALAM II

ASA DAN IMPIANNYA

Oleh : Dian Adelia JME

 Mereka bercengkrama begitu hangat. Segala hal yang pernah dilakukan bersama-sama, menjadi catatan tersendiri bagi kehidupan masing-masing. Hari-hari yang mereka lalui sangat  menyenangkan.

"Lihatlah, pamanku yang tinggal dikota mengirim ku sebuah gaun. Bukankah ini sangat indah?" Tanya Asa dengan antusias.

"Waah Asa kamu terlihat sangat cantik, warna putih sangat cocok dengan mu". Puji Jia

"Aku sangat ingin pergi ke kota, pasti disana sangat modern, banyak gaun indah, makanan enak, mobil yang bagus-bagus, Iya kan teman-teman?". Celoteh Asa tanpa henti

"Asa... Asa... kamu ini yaa, dikota itu sangat panas, banyak orang jahat, dan semua barang disana mahal-mahal". jawab Setya

“Selain itu, kalau kamu ke kota, kamu tidak akan bisa bertemu kami setiap hari”. Ucapku menimpali kata-kata Setya.

"Tidak...Pokoknya aku tetap ingin pergi kekota".jawabnya dengan muka yang penuh semangat

“Iyaa....!”. jawab mereka serempak

Asa adalah gadis sederhana dan ceria, aku selalu dibuat kagum oleh senyumnya. Dia punya impian yang besar untuk tinggal dikota, dia ingin menatap gedung-gedung tinggi setiap malamnya, entah kalau aku jadi dia mungkin tidak akan sanggup hidup dikota.

"Teman-teman, sepertinya aku harus segera pulang. Ibuku pasti sudah menunggu". Ucapku sambil bergegas bangkit dari duduk

"Ah iya, hari juga sudah mulai gelap, tidak baik bagi para gadis diluar saat malam tiba, nanti, kalian akan diculik hantu huuuu....". Ucap Setya dengan senyum jahil.

Sesaat setelah tiba didepan rumah, tidak seperti biasanya, sambutan hangat yang selalu terdengar dari suara ibuku, tapi hari ini tergantikan oleh suara tangisan, keramaian disetiap sudut ruangan terlihat, entah apa yang sebenarnya terjadi.

"Bibi... Maaf ada apa ini, kenapa rumahku ramai orang seperti ini, dimana bu?". Tanyaku khawatir, tetapi tidak ada yang menjawab pertanyaanku. Mataku nanar melihat sekeliling, aku terus berjalan masuk rumah, bertanya hal sama pada setiap orang, tapi aku tidak mendapatkan jawaban, hanya tangisan dan pelukan yang kudapat.

"Ayahmu nak.... " Ucap ibu sambil menangis

Mataku tiba-tiba tertuju pada sebuah kain putih yang dikelilingi banyak orang, tak pernah terpikir dalam benak ku, orang yang paling kucintai meninggalkan ku. Aku meyakinkan diriku pasti ini hanyalah mimpi dan aku ingin segera bangun dari mimpi ini. Banyak hal yang ku alami tapi ini adalah yang paling menyakitkan.

Satu minggu telah berlalu, tapi kesedihan masih terlihat dimata ibuku. Aku hanya ingin melihat tawa indahnya yang sudah lama tak terlihat. Aku duduk sendirian ditepi sungai yang ada di dekat rumahku, aku menatap burung-burung yang berterbangan di gubuk pinggir sungai yang tenang. Tanpa sadar air mataku jatuh, entah apa yang harus aku lakukan setelah ini. Aku tak sanggup melihat ibuku berkalut dalam kesedihannya.

"Bintang..Kenapa kamu sendirian disini, Jia dan Setya mencarimu tadi!". Terdengar suara yang tidak asing.

"Oh kamu Asa, emm.. aku hanya ingin menyendiri dulu untuk sementara waktu". Jawabku sambil menyeka air mata.

" Bintang.... Boleh kah aku mengatakan sesuatu padamu?" tanya Asa

"Tentu saja, katakanlah" . Jawab Bintang

"Aku tau ini adalah hal yang sulit untukmu, tapi kau tau? Tuhan tak akan memberi ujian diluar batas kemampuan hambanya. Mungkin dengan ini kamu akan menjadi seseorang yang kuat dan berjaya nantinya, kamu punya teman-teman yang akan selalu ada untukmu Bintang........ jangan pernah putus asa dan merasa sendiri. Katanya mau memajukan desa,Ingin jadi kepala desa kan? Kepala desa mana yang suka menangis begini, kepala desa itu harus kuat, kan tugasnya mengayomi masyarakat". Celotehnya tanpa henti sambil tersenyum.

Nasehat panjang dari seorang gadis yang terpaut usia dua tahun lebih muda dariku, kupikir dia hanyalah gadis manja yang selalu mengadukan hal apapun pada ayahnya. Ternyata tidak, dia sudah tumbuh dewasa dan membuat ku kagum akan ucapannya.

"Ayolaaah..... Kamu sangat jelek jika sedang menangis. Lihatlah, bukankah tak jauh beda dengan sapi milik ayahku". Ucap Asa sambil memberi cermin

"Enak saja, tidak mungkin wajah tampanku yang seperti artis Hollywood ini mirip dengan sapi". Sambungku

"Huweeeek......" reaksi Asa yang membuat gelak tawa

"Ngomong-ngomong apakah impianmu masih sama?" Tanyaku tiba-tiba.

"Huuuh.. tentu saja, itu adalah impianku sejak kecil. Sepupuku sering bercerita tentang keindahan kota saat malam hari, kerlap-kerlip lampu di setiap sudut jalan,orang-orang yang sibuk dengan kehidupanya, dan banyak hal indah lainnya". ucapnya berbinar

"Hahaha, kamu itu terlalu polos,sepupumu hanya menceritakan hal indahnya saja, tapi hal buruknya tidak diceritakan padamu". ujarku bergurau.

Percakapan ini terus berlanjut, kami bertukar banyak cerita menyenangkan dan bersenda gurau sepanjang hari, hingga aku melupakan sejenak kesedihan yang kualami hari itu. Aku tak pernah berpikir bahwa ada seseorang yang mau mendengarkan dan membuatku kuat dengan setiap perkataannya.... membuatku nyaman saat dekat dengannya. Apa ini??? perasaan yang belum pernah kurasakan sebelumnya.

Hari demi hari telah berlalu, kesedihan dimata ibu sedikit demi sedikit sudah memudar. Aku menatap keluar mendengar suara rintikan hujan yang menenangkan menambah keindahan suasana pagi didesa ini.

"Bintang...... Keluarlah".  tiba-tiba terdengar suara teriakan Setya.

"Apa yang kalian lakukan? Haruskah bermain hujan-hujanan dipagi hari seperti ini? Jawabku.

" Ayolah Bintang...... Ini menyenangkan". Ucap Jia dan Asa serentak.

Itu lah mereka, yang selalu mengukir kenangan-kenangan manis bersama meskipun hanya dengan hal kecil dan biasa.

"Teman-teman, ada yang ingin ku katakan pada kalian, mungkin kalian akan sedikit terkejut". Ucap Asa tiba-tiba

"Apa..?” Jawabku

“Apakah ayahmu membeli sapi lagi?" tanya Setya sambil tertawa

"Bukan iiihhh... serius". Jawab Asa ketus.

"Ini tentang impian ku, pamanku menawarkan pekerjaan dan rumah yang cocok dikota untuk keluargaku. Jadii....". Ucapan Asa terpotong.

"Jadi kamu akan pindah kekota, kamu akan melanjutkan sekolah disana, dan meninggalkan kami semua?". Tanya Jia tanpa henti.

"Yaa..sebenarnya aku tidak ingin meninggalkan kalian, eeee......lusa kami sudah berangkat ke kota, ayahku sudah mengurus semuanya, mungkin ini akan menjadi hari terakhir kita bermain bersama". Pungkas Asa sedih

"Secepat itu,dan kamu baru mengatakannya sekarang??" Ujar Jia sedikit kecewa.

"Maafkan aku teman-teman, caku takut mengatakan hal ini kepada kalian". Ucap Asa menyesal.

Semuanya seolah berhenti, hal yang kutakuti benar-benar terjadi, kini hanya suara hujan yang terdengar, aku hanya bisa diam seribu bahasa berdiri di atas guyuran hujan dan menatap gadis dengan senyum indah yang mungkin tak akan kulihat lagi.

Untuk kesekian kalinya aku akan kehilangan orang yang ku cintai, aku senang impianya akan segera terwujud, tapi disisi lain aku bingung, aku menyukainya tapi aku aku tak sanggup untuk mengungkapkan rasa yang entah benar atau salah.

Hari itu tiba, hari dimana dia akan pergi jauh dari kami, meninggalkan semua keceriaan yang perneh terukir didesa kami

"Asa...ini ada cinderamata dari kami, simpan ini baik-baik ya, jika kamu merindukan kami lihatlah hadiah-hadiah ini". Ucap Setya

"Asa…jangan lupakan kami ya, nanti pasti kamu akan punya banyak teman baru disana". ucap Jia sambil menangis.

"Iya Jia...., aku pasti akan mengunjungi kalian lagi, nanti akan ku ceritakan semua yang ku alami di rumah baruku yaa..". Jawab Asa tetap dengan keceriannya.

"Oh iyaa Bintang, kamu harus jadi kepala desa di masa depan yaa, tepati janjimu". Ucap Asa sambil menepuk pundakku.

" Pasti...." Ucapku singkat, hanya itu yang sanggup aku katakan.

Perlahan mobil itu menjauh dari hadapanku, kisah, persahabatan dan semua kenangannya ia tinggalkan disini. Entah kapan Asa akan kembali dan menepati janjinya untuk menceritakan semua kisahnya itu. (Dian JME)

*Penulis adalah anggota Jurnalistik siswa kelas XI IPS 2 MAN 4 Banyuwangi

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar