Kamis, 19 Januari 2023

CERPEN DUA MALAM II

 CINTA YANG TAK TERUNGKAP

Oleh : Barirta JME

Hari itu, dimana pertama kalinya Lala menginjakkan kakinya ke kelas 7, sekolah barunya dijenjang SMP. Sejenak ia melihat sekitar, banyak hal baru baginya, mulai dari tempat, teman, suasana, dan tentunya pemikiran, dan akan ada banyak hal lainnya yang bias Lala terima dari sekolah tersebut. Ia terus melangkahkan kaki melewati berbagai ruangan. Dalam benaknya berpikir, pasti ada banyak sekali pengalaman baru yang bisa ia dapatkan.

Setelah beberapa menit berjalan menuju kelasnya, ia duduk ditempat duduk yang sudah ditujunya. Lalu datanglah seorang teman kelasnya yang menghampirinya, “hai aku lia, bangku sebelahmu kosong kan?”. Tanya anak itu semabri memperkenalkan dirinya

“Apakah kamu bersedia jika aku duduk disebelahmu?” ucapnya kepada Lala.

“baiklah silahkan duduk disampingku.” Jawab Lala.

Mereka pun mulai mengenalkan diri masing-masing dan yang pada akhirnya menjadi teman dekat.

Berlangsung beberapa bulan, Lala mulai akrab dan sudah beradaptasi di SMP nya. Kisah baru pun di mulai.

Berawal dari datangnya anak laki-laki yang tidak disangka-sangka, dia datang begitu saja tanpa menyapa anak-anak yang ada di kelas, termasuk juga Lala dan Lia. Dia adalah Nata, laki-laki dikelasnya yang lumayan pupoler. Pertama kali ia duduk disamping bangku Lala dan Lia, setiap hari seolah mengobrol adalah syarat mereka saat bertemu.

“La berikan aku penghapusmu.” Pinta Nata.

Lala memberikan penghapus itu dengan lembut, karena memang pembawaan Lala sangat kalem

Mulai saat itulah Lala merasa ada yang berbeda dengan pikirannya saat didekat Nata, dia merasa ada yang berdesir dalam hatinya. Lala tidak tau dengan dirinya, setiap saat dia mengirim pesan kepada Nata, bahkan sampai dirumahpun ia selalu mengirim pesan kepada Nata dengan alasan tugas.

Setiap hari, Lala dan Nata memiliki komunikasi sangat inten, walau hanya sekedar meminjam peralatan tulis. Disitulah mereka saling merasa ada hal yang berbeda, tetapi tak terungkapkan. Suatu hari salah satu teman Lala mengatakan bahwa Nata telah menaruh hati padanya. Dengan rasa bingung dan senang, Lala mencubit lengannya sendiri, sembari berkata “apakah ini benar?tanya Lala. Tapi mengapa Nata tidak mengatakan langsung padaku?” batinnya,

 Akhirnya Lala mengungkapkan ketidakpercayaannya kepada Lia.

“hah?? Apakah ini benar? Tanya Lala terperanjat kaget.

Sepertinya kamu juga harus memulainya La, aku akan mendukungmu.” Ujar si Lia dengan hati gembira.

“Tapi Nata tidak mengungkapkannya langsung padaku, aku gengsi dong..”. jawabnya menyembunyikan perasaanya.

Tetapi selang tidak berapa lama, Lala merasa kalau Nata selalu menunjukkan rasa kepada Lala, seolah-olah memang menyukainya. Betapa bahagianya saat melihat Nata berada didekatnya dengan rasa yang nyaman.

Tanpa pikir Panjang, Lala mengungkapkan isi hatinya kepada Lia.

“Lia, kok aku ngerasa ya, kalo aku ada sesuatu ke Nata” ucapnya dengan wajah masam,

“Merasa apa? Tanya Lia menaruh curiga

“Kita ini kan belum belum genap setahun bersama,? Ucap Lala pelan-pelan

“Iya..terus..! jawab Lia seolah menunggu jawaban Lala dari pertanyaannya

“Sebenarnya aku juga berharap rasa kepada Nata” Ucap Lala

“hahaha sudah kuduga La. Pasti ada apa-apanya ini”.  Jawab Lia sambil tertawa terbahak-bahak

Waktu terus bergulir tanpa ada kepastian diantara mereka berdua. Pada awal tahun, Lala naik ke kelas 8, ia selalu berharap akan ada sesuatu kalimat indah yang diucapkan Nata padanya, berharap akan ada masa-masa indah antara ia dan Nata. Tapi sayangnya sampai itupun belum ada tanda-tanda bahwa Nata akan menyatakan rasa kepadanya. Tapi, Lala tetap bersi keras untuk menunggu akan ucapan Nata yang diharapkan Lala.

“kenapa kamu tetap menunggunya la, dia aja ngga pernah kasi kamu space buat lebih deket” kata si Lia

Awalnya lia mendukung, tetapi meilaht temannya tanpa ada kepastian, dia merasa jengkel, dia selalu kesal melihat Lala menunggu kepastian dari Nata.

“aku bakalan nunggu dia, karena aku yakin dia pasti masi punya rasa ke aku” dengan pede nya Lala menjawab.

Sikap Nata yang terus menerus membuat Lala terbawa perasaan semakin sering ia lakukan. Lala pun yang selalu merespon dengan hati Bahagia, yang akhirnya membuat harapannya pada Nata semakin kuat.

“happy birthday Nata!!” Sapanya dipagi hari dihari ulang tahun Nata.

“hehehe” jawab Nata dengan sangat singkat.

Lala berlagak seperti dihiraukan, padahal ucapannya tidak dipedulikan oleh Nata. Lala hanya menggaruk kepalanya dengan otaknya yang terus bertanya-tanya.”kenapa Nata tidak mengungkapkan perasannya?”.

 Lala selalu berusaha untuk mendapat respon,pertanyaan, bahkan perdebatan, atau apapun dari Nata setiap harinya. Tapi, akhir-akhir ini sikap Nata benar-benar berbeda, tapi Lala tetap positive thinking, Lala sama sekali tidak menghilangkan harapannya untuk Nata.

Keesokan harinya, Lala terkejut dengan suatu hal yang seakan-akan membuatnya hilang energi dan semangat, keadaan yang tidak diinginkannya datang secara tiba-tiba

“pantas saja akhir-akhir ini Nata beda, ternyata…” Ungkapnya dalam hati.

Lala mendengar rumor kalau Nata sudah pacaran dengan kakak kelasnya. Hati Lala begitu hancur waktu itu, semua ditentang olehnya karena suasana yang membuatnya kecewa.

Berhari-hari ia termenung dan diam saja dikelas, saat ditanya pun tidak ada respon, hanya Lia yang selalu menemaninya. Tapi dengan bodohnya Lala melamun dibangku kelas dan berkata

 “apa aku kurang respect ya Li ke Nata?’, padahal aku berharap banget sama dia.

“Atau mungkin emang dia...”, ucap Lala sambil melamun.

“sssttttt, kamu jadi orang jangan bego bisa ngga sih..!” Ucap Lia ketus

“Ah males, udah dibilangin berkali-kali tetep aja berharap” sahut Lia dengan raut muka yang sangat kesal.

“ngga Lia, aku tu cuman pingin sama dia, udah kamu tenang aja, mending sekarang kerjain tugasku haha” jawabnya mengecoh perkataan Lia.

Hari berikutnya disela-sela Lala menata hati, Anehnya, Nata kembali bersikap seolah-olah menyukainya, dan Lala selalu menanggapinya dengan hati yang membuatnya semakin menjadi-jadi. Seakan-akan ia tidak tau kalau Nata sedang menjaga hati, begitupun Nata yang seperti tidak peduli dengan pacarnya. Kisah mereka berlangsung beberapa bulan dengan penuh tanya-tanya sampai akhirnya Nata putus dengan kekasihnya. Lala merasa senang, karena ia berpikir bahwa Nata akan Kembali kepadanya seperti di kelas 7.

Tapi sayangnya di akhir semester dua kelas 8,  Lala merasakan hal yang sama, lagi dan lagi ia hancur dalam harapannya, Nata yang punya pacar baru lagi.

“nah to, mau bilang apa lagi kamu La, sakit lagi to tu hati?” kata si Lia yang ngedumel menghampiri Lala di depan kelas.

“hmm iya deh aku yang salah, aku yang terlalu banyak berharap, yang terlalu terbawa perasaaan” ujarnya dengan penyesalan.

Waktu itu adalah masa kenaikan kelas, Lala dengat cepatnya sudah dikelas 9, dengan perasaan yang sama dengan orang yang ditemuinya dikelas 7 dulu. Iya benar, Nata. Tapi kali ini ia benar-benar sudah tidak pernah bertegur sapa ataupun sekedar bertatap muka. Hatinya benar-benar Lelah dengan keadaan yang terus menerus tidak ada kepastian. Antara Nata yang selalu bersikap lebih kepadanya dan Lala yang selalu gampang sekali terbawa perasaan, dibarengi ketidakjelasan maksud dari sikap Nata.

“Rasanya semua ini telah lekat dalam hidupku, tidak akan mudah bagiku untuk melupakannya, dan seandainya waktu itu aku tidak mengungkit perasaan pasti semua akan baik-baik saja” Ucap Lala dalam hatinya.

Setelah kejadian itui barulah muncul penyesalan yang ikhlas dari hati Lala. Sejak saat itu, mereka benar-benar seperti dua orang asing yang harus dipaksa dalam lingkungan yang sama.

Sampai akhirnya tiga tahun berlalu, Lala menguncikan hati pada orang yang tidak punya atap untuk meneduhkan hati Lala. Disinilah kisah mereka tertutup. Ia dan Nata memiliki pilihan SMA yang berbeda saat kelulusan dan tidak pernah lagi bertemu, dengan Lala yang dibekali rasa tanpa ada kenyataan.(Brirta JME)

*Penulis adalah Anggota Jurnalistik Kelas XI MIPA 1 MAN 4 Banyuwangi

1 komentar: